Assassin's Creed Movie Review, franchise terbaru dari genre film yang diadaptasi dari video game

Assassin's Creed
-Rabu, 21 Desember 2016-


"We work in the dark to serve the light. We are assassins" Callum Lynch


Directed by : Justin Kurzel


Callum Lynch / Aguilar - Michael Fassbender, Sofia - Marion Cottilard, Rikkin - Jeremy Irons, Joseph Lynch - Brendan Gleeson, Ellen Kaye - Charlotte Rampling






Ada apa dengan Hollywood dan film adaptasi video game, sepertinya Hollywood masih belum menemukan sebuah formula yang tepat untuk membuat film yang sukses baik secara kualitas maupun hasil pencapaian di box office, sudah banyak yang mencoba dan gagal, dimulai dari Super Mario Bros yang rilis di tahun 1993, dilanjutkan dengan Double Dragon, Street Fighter, Mortal Kombat, Doom, DOA: Dead or Alive, Hitman, Max Payne, Tekken, Tomb Raider, Resident Evil, Prince of Persia hingga yang paling akhir adalah Warcraft, walaupun banyak yang mengalami kegagalan, tetapi sepertinya pesona video game terlalu menyilaukan untuk dilupakan begitu saja, dengan fanbase yang cukup besar dan perputaran uang yang tidak sedikit di dunianya, membuat Hollywood terus tergiur dan mencoba terus.

Banyak yang mencoba untuk menganalisa dimana letak kegagalan film-film tersebut, padahal pihak studio juga bisa dibilang tidak sembarangan di dalam menggarap filmnya, contoh kasus paling mudah adalah Prince of Persia yang rilis pada tahun 2010, dengan diproduseri oleh Jerry Bruckheimer dan dibintangi oleh Jake Gyllenhaal, Gemma Arterton, Alfred Molina dan Ben Kingsley dengan menghabiskan budget sekitar 150-200 juta USD, tetap tidak bisa berbicara terlalu banyak di box office Amerika dengan hanya menghasilkan sekitar 91 juta USD dan harus dibantu dengan pendapatan dari luar Amerika baru akhirnya mencapai angka 334 juta USD, walaupun masih untung, tapi keuntungan sebesar itu terkadang dirasa kurang cukup mengingat betapa besar usaha yang sudah dikeluarkan.

Dari berbagai analisa yang sudah dilakukan, salah satu analisa yang paling masuk akal dan bisa dikatakan cukup tepat adalah perbedaan nasib para karakter utamanya, apabila di video game nasib para karakter itu ada di tangan para pemainnya, mereka memegang kuasa penuh apa yang akan terjadi dengan karakter mereka, kebebasan itulah yang tidak dirasakan di dalam media film, selain itu dunia video game juga mengenal multiple story yang bisa membuat sebuah game berakhir dengan berbagai cerita, itu juga sebuah hal yang bisa dibilang sedikit mustahil untuk digunakan di dalam media film.

Usaha terkini dari Hollywood untuk melepas stigma sulitnya mengadaptasi film dari video game adalah Assassin's Creed ini. Dengan fanbase yang cukup besar, ekspektasi tinggi tentu disematkan kepada film ini, apalagi melihat castnya yang cukup menyilaukan mata, dengan menggaet Michael Fassbender sebagai tokoh utama dan dibantu oleh Marrion Cottilard dan Jeremy Irons, sepertinya sudah cukup untuk membuat para pencinta video game nya untuk berjingkrak kegirangan, apalagi ketika foto-foto setnya dirilis dan mereka melihat betapa miripnya busana dan beberapa angle kamera yang digunakan dengan yang biasa mereka mainkan.

Pada akhirnya ekspektasi yang sudah begitu tinggi membuat mereka sudah tidak terlalu perduli lagi dengan beberapa trivia seperti proses pemilihan sutradara yang dilakukan oleh sang produser yaitu Michael Fassbender sendiri yang mana sebelumnya belum pernah tahu apa itu Assassin's Creed sama sekali dan belum pernah sekalipun mencoba untuk memainkan gamenya, dasar pemilihan sang sutradarapun hanya karena mereka merasa nyaman ketika bekerja sama di film Macbeth yang rilis di tahun 2015. Setelah berhasil menggaet Justin Kurzel sebagai sutradara, Fassbender juga turut mengajak Marrion Cottilard lawan mainnya di film yang sama untuk turut membintangi film ini.

Upaya dari sutradara asal Australia ini untuk menciptakan sebuah cerita yang benar-benar baru dan hanya menggunakan sepenggal cerita dari video game nya memberikan kebebasan untuk lebih bereksplorasi dengan dunianya dan mengambil premis persaingan antara Assassins dengan Templar Knights, tetapi karena duo Michael Fassbender dan Justin Kurzel ingin film ini berada di zona abu-abu alias tidak ada sosok jagoan dan sosok musuh yang murni, malah membuat penonton seperti kebingungan harus mendukung siapa dan itu sempat membuat film ini kehilangan momentumnya.

Pemilihan Jed Kurzel sang adik kandung dari Justin Kurzel sebagai composer film ini juga sempat membuat tanda tanya, tidak terbiasanya membuat scoring untuk film action nan megah membuat film ini terasa sedikit monoton dan tidak ada beat yang benar-benar memorable dan membuat jantung ikut berdegup kencang untuk menopang scenery dan action sequence yang cukup mendebarkan, padahal action sequence yang ditampilkan sudah cukup oke dengan koreografi yang sangat menarik dan jangan lupakan pula parkour scene dengan puncaknya leap of faith yang luar biasa dan menciptakan rekor baru "The Highest Free Fall performed by a stuntman" yang dilakukan oleh Damien Walters dari ketinggian 38 meter.

Nilai positif terbesar dari film ini selain dari action sequence dan leap of faith tersebut tentu saja dari tata busana yang ditampilkan, dengan murni buatan tangan semua, mereka membutuhkan sekitar 2-3 bulan untuk membuat 8 buah kostum untuk setiap assassins, usaha seberat itu tidaklah sia-sia, karena detail kostum yang ditampilkan sungguh luar biasa dan membuat hoodie keren kembali.

Secara garis besar film ini tidak bisa dibilang sebagai film yang gagal, tetapi sepertinya tidak cukup kuat juga untuk dijadikan pondasi franchise baru dari Hollywood, semoga hasil box office akhirnya cukup menggembirakan dan tidak membuat Hollywood kapok untuk memproduksi sekuelnya, karena sebenarnya dunia Assassin's Creed sangat menarik dan masih banyak yang bisa digali. (www.theInigo.com)


Assassin's Creed Trailer







No comments