Kisah sejarah Perayaan Kue Bulan (Mid Autumn Festival)


Setiap tahunnya pada tanggal 15 bulan 8 menurut kalender lunar kita merayakan Festival Zhong Qiu Jie ( 中秋節 ), Mid Autumn Festival atau yang lebih umum disebut sebagai Perayaan Kue Bulan di Indonesia. Festival ini adalah salah satu hari raya tradisional yang sangat penting di Tiongkok, yang mana pada tahun ini jatuh pada tanggal 04 Oktober 2017.

Asal mula Festival Zhong Qiu Jie ( 中秋 ) yang disebut juga sebagai Hari Raya Zhong Qiu ( Hok Kian : Tiong Ciu ), dirayakan pada pertengahan musim gugur, di mana pada waktu ini para petani yang biasanya sibuk baru memiliki waktu luang untuk bersantai, untuk merayakan hasil panen yang berlimpah.

Perayaan Tiong Ciu sendiri sudah mulai dilakukan pada tahun ke-2 masa Kaisar Qin Shi Huang (秦始皇) yang berkuasa sekitar 221 – 206 SM, biasanya pada penanggalan Imlek bulan 8 tanggal 15 Kaisar Qin Shi Huang berkumpul bersama dengan penduduk desa di Wu Kao Shan. Pada malam harinya semua orang menikmati pemandangan indahnya bulan di langit yang terang dengan sangat gembira, sambil bernyanyi-nyanyi dan sambil minum arak.

Festival ini berlanjut pada masa Dinasti Tang (618-907 M), Hari Raya Tiong Ciu ditetapkan sebagai malam bulan purnama. Pada waktu itu ada syair yang berbunyi, “Satu tahun ada 12 kali bulan purnama, tapi yang paling bulat dan yang paling indah dilihat, yaitu bulan purnama di Hari Raya Tiong Ciu."

Festival ini terus berlanjut hingga pada masa Dinasti Song (960-1279 M), Perayaan Kue Bulan baru mulai terkenal di kalangan rakyat banyak. Setiap tahun pada penanggalan Imlek tanggal 15 bulan 8, semua orang menikmati indahnya pemandangan bulan purnama sambil makan kue-kue.

Pada zaman dulu, orang-orang membagi Hari Raya Zhong Qiu menjadi 3 bagian yaitu :
1. Tanggal 14 bulan 8 : disebut Ying Yue Hui ( 迎月會), maknanya Pesta menyambut kedatangan bulan purnama.
2. Tanggal 15 bulan 8 : disebut Shang Yue Hui ( 賞月會), maknanya Pesta menikmati pemandangan bulan purnama.
3. Tanggal 16 bulan 8 : disebut Zui Yue Hui (追月會), maknanya Pesta mengejar bulan purnama.

Namun pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Festival Zhong Qiu baru memiliki makna cinta Negara. Ada sebuah buku yang berjudul Lang Ji Cong Tan ( 浪跡叢談 ) yang mencatat peristiwa sebagai berikut : 
Pada masa akhir Dinasti Yuan, ada seorang tua dari Dinasti Song, pada beberapa hari sebelum Hari Raya Zhong Qiu, menyebarkan desas-desus kemana-mana: Makanlah kue bulan pada Hari Raya Zhong Qiu, dengan demikian maka dapat terhindar dari wabah menular ! Oleh karena ini, orang yang membeli dan memakan kue bulan sangat banyak.

Pada masa itu bangsa Mongol berkuasa dan bersikap sangat kejam terhadap rakyat Cina. Dengan meminjam tradisi kue bulan pada musim gugur ini mereka melakukan perlawanan dengan menyampaikan pesan-pesan tertulis di secarik kertas dalam kue tersebut mengenai cara melawan dan menyerang bangsa Mongol yang telah direncanakan dengan baik.
Maka, orang-orang yang setia kepada Negara Song bertekad untuk menggulingkan Dinasti Yuan (orang Mongol) dan memulihkan kekuasaan Dinasti Song. Kemudian tepat pada bulan delapan Imlek,  mereka secara khusus membuat sangat banyak kue bulan, di mana di dalam kue tersebut diselipkan secarik kertas yang bertuliskan : Bunuh Mongolia pada malam Tahun Baru Imlek!
Kue-kue bulan ini pun menyebar sampai ke rumah-rumah bangsa China yang tertulis harus di belah sebelum dimakan, maka pesan surat di dalam kue inipun menyebar tanpa ada yang mencurigainya. 
Bangsa Mongol akhirnya dapat ditaklukkan bangsa China tanpa banyak perlawanan. Dinasti Yuan berhasil digulingkan oleh Zhu Yuan Zhang ( 朱元璋) yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar dan bergelar Ming Tai Zhu ( 明太朱). Dari kemenangan ini maka mulailah bangkit Dinasti Ming ( 1368 -1644). 


Pada dinasti ini, Ming Tai Zhu menjadikan kue bulan sebagai Peringatan Mendirikan Negara, dan menjadikan Hari Raya Zhong Qiu sebagai Hari Raya memulihkan kekuasaan Negara. 
Festival Kue Bulan menjadi sangat populer dan terus dirayakan untuk mengenang keberhasilan nenek moyang bangsa China yang telah membebaskan diri dari penjajahan Mongol. 

Kue bulan bermakna simbolik hidup harmonis, kebebasan, dan kedamaian masyarakat Tiongkok ketika itu. Pertengahan Musim Gugur juga merupakan musim untuk berkumpul kembali bersama keluarga, yang disebut juga Bulan Yang Bulat Sempurna ( Yue Yuan / 月圓 ), keluargapun berkumpul bersama ( Ren Yuan / 人圓 ).

Festival Kue Bulan, tak terduga ternyata memiliki demikian banyak cerita. Orang zaman dulu melihat bulan yang terang di atas langit, bulat bundar dan berwarna kuning, merasa sangat indah, lalu membuat sebagai kue untuk dimakan.

Kini di Tiongkok terdapat banyak peninggalan sejarah seperti, "Altar Sembahyang Bulan", "Serambi Sembahyang Bulan" atau "Gedung Menikmati Bulan".  Seperti misalnya "Kuil Bulan" (月坛) yang terletak di sebelah barat kota Beijing, adalah sebuah bangunan khusus untuk upacara sembahyang kepada Thian yang dibangun pada masa Dinasti Ming (1368-1644 Masehi). 

Pada Hari Tiong Ciu, biasanya orang Tiongkok menaruh meja sembahyang di halaman terbuka, dengan disedikan kue bulan, delima, kurma dan kuaci di atasnya, setelah bersembahyang kepada Thian, anggota sekeluarga duduk berkeliling di meja, makan sambil ngobrol, bersama-sama menikmati pemandangan bulan purnama. 


No comments