Hilangnya nilai sportifitas di PON XIX



Pekan Olahraga Nasional yang ke-19 atau biasa disebut dengan PON XIX yang berlangsung di Jawa Barat baru saja berakhir, api PON yang sudah menyala selama 12 hari terakhir di Stadion Gelora Bandung Lautan Api sudah dipadamkan, pesta olahraga multievent nasional terbesar sudah resmi ditutup oleh Bapak Wakil Presiden, Jusuf Kalla pada hari Kamis, 29 September 2016.

Tuan rumah Jawa Barat kali ini berhasil menjadi juara umum dengan total meraih 531 medali yang terdiri dari 217 medali emas, 157 medali perak dan 157 medali perunggu. Sementara posisi kedua ditempati kontingen Jawa Timur dengan meraih 132 medali emas, 138 medali perak dan 134 medali perunggu, sedangkan juara umum PON XVIII yang berlangsung di Riau pada tahun 2012 yang lalu, DKI Jakarta kali ini harus puas menduduki peringkat ketiga dengan meraih 132 medali emas, 124 medali perak dan 118 medali perunggu.

Klasemen akhir PON XIX Jabar 2016
Sumber : Pikiran Rakyat

Ajang olahraga multievent nasional yang berlangsung per 4 tahun sekali dan diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia ini merupakan ajang olahraga tertinggi di Indonesia yang menjadi jembatan untuk menuju ke ajang olahraga tertinggi di dunia, Olimpiade, sudah tentu menjadi salah satu impian dan target bagi setiap atlet untuk bisa ikut berlaga di dalamnya, mereka mengorbakan setengah atau bahkan lebih dari waktu hidupnya untuk berlatih dengan penuh cucuran keringat, air mata bahkan darah demi mewujudkan impian meraih medali emas. 

Namun sayangnya perjuangan tersebut terkadang tidak berjalan lurus dengan kinerja dari tim panitia, banyak sekali keluhan yang dilontarkan di social media, mulai dari kesulitan mencari jadwal pertandingan, arena pertandingan yang tersebar terlalu jauh, hingga promosi yang terkesan malu-malu membuat ajang ini terkesan seperti ajang rendahan. Bahkan tidak sedikit yang tidak mengetahui kalau PON sudah berlangsung bahkan sudah selesai. Mungkin apabila kita tanyakan kepada 10 orang awam yang tidak terlalu memperhatikan olahraga, mungkin hanya 1 atau 2 orang saja yang mengetahui siapa juara umum PON XIX ini.

Sangat disayangkan memang, dengan sudah minimnya publikasi, berita-berita di social media lebih banyak berisi tentang ketidakpuasan para atlet terhadap keputusan-keputusan wasit yang terkadang berat sebelah dan kurang menghiraukan sebuah nilai sportifitas. cukup banyak berita mengenai protes atlet terhadap kinerja wasit atau juri yang terkadang menghasilkan keputusan yang dinilai berat sebelah, mulai dari cabang tinju, renang indah, wushu, bahkan yang cukup menyedihkan sampai ada juga yang sampai merubah peraturan yang sudah baku seperti yang terjadi di cabang renang.


---------------------------------------------------------------------
BACA JUGA :




---------------------------------------------------------------------


Walaupun impian setiap atlet adalah menjadi yang terbaik dan meraih medali emas di cabang olah raga yang ditekuninya, tetapi mereka menyadari kalau menang atau kalah adalah hal yang sudah biasa di dalam dunia olahraga, bagi mereka yang lebih penting bukan hanya sekedar kemenangan itu, tetapi lebih kepada bagaimana cara mereka meraih kemenangan tersebut, fair play atau sportifitas adalah sebuah kewajiban yang harus sudah menjadi sebuah kebiasaan. seorang atlet sejati manapun juga pasti akan sangat malu apabila mereka meraih kemenangan dengan cara yang tidak sportif.

Hanya sayangnya masih cukup banyak pihak wasit ataupun juri yang tidak atau kurang memahami nilai sebuah sportifitas, karena mereka tidak menjalani hidup layaknya seorang atlet, banyak dari mereka yang berlatar belakang hanya sekedar mengerti dan hobi dengan olahraga tersebut, kemudian diangkat menjadi pengadil di lapangan, mereka tidak merasakan perjuangan, komitmen dan tanggung jawab menjadi seorang atlet, mereka tidak pernah menghabiskan mungkin setengah dari waktu hidupnya di tempat latihan dengan tetesan keringat, air mata hingga darah. 

Bagi para atlet, lapangan pertandingan adalah arena pertempuran untuk mempertontonkan ke khalayak ramai hasil dari jerih payah mereka selama berlatih, apa yang terlihat di lapangan adalah hidup mereka yang mereka curahkan sepenuh hati, sungguh disayangkan apabila perjuangan dan pengorbanan itu dibalas dengan tindakan tidak sportif dari para pengadil lapangan, setelah pertandingan berakhir, para pengadil lapangan akan kembali ke rumah masing-masing dan melanjutkan hidupnya seperti tidak terjadi apa-apa, tapi bagaimana dengan nasib para atlet yang sudah mereka korbankan dengan tindakan tidak sportif yang sudah mereka lakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Mungkin sudah saatnya Indonesia membuat peraturan yang lebih ketat lagi perihal para pengadil lapangan, karena sungguh tidak adil, hukuman sangat berat akan dijatuhkan kepada atlet yang berbuat tidak sportif, tetapi tidak berlaku untuk para pengadil lapangan yang sudah bertindak tidak sportif. Karena biar bagaimanapun juga atlet dan pengadil di lapangan saling membutuhkan satu sama lain, untuk menghasilkan atlet-atlet berpestrasi dibutuhkan juga pengadil lapangan yang berkualitas untuk menghasilkan sebuah pertandingan yang berkualitas juga. MAJU TERUS OLAHRAGA INDONESIA!!! (www.theInigo.com)

No comments