Bangkit!, sebuah usaha menciptakan genre baru yang harus didukung penuh

BANGKIT!
- Kamis, 28 Juli 2016 -

Directed by : Rako Prijanto

Addri - Vino G. Bastian, Denanda - Acha Septriasa, Arifin - Deva Mahenra, Indri - Putri Ayudya


Digadang-gadang sebagai Disaster movie Indonesia pertama yang menggunakan CGI terbanyak cukup menarik perhatian publik, dengan sokongan budget sekitar 13 Milliar rupiah, tak pelak film ini diharapkan bisa menjadi trendsetter untuk lahirnya film-film bergenre sejenis, selama ini perfilman Indonesia masih didominasi oleh genre yang bisa dikatakan itu-itu saja, mayoritas hanya religi, drama, komedi dan horor, jarang sekali ada pihak studio atau produser yang berani menggelontorkan uangnya untuk membuat film dengan genre yang baru, dalam beberapa tahun terakhir bisa dihitung dengan jari sineas-sineas kita yang berhasil menjadi trendsetter di dalam genrenya, yang paling dekat tentu saja kehadiran film merantau yang bisa dikatakan cukup sukses menjadi trendsetter film bergenre silat / bela diri, film merantau sendiri dinilai masih belum terlalu sukses, sampai akhirnya muncul The Raid yang benar-benar mencuri perhatian publik dan menjadi pintu gerbang lahirnya film-film bergenre sejenis.

Masih terlalu jauh dan tidak adil rasanya untuk membandingkan Bangkit! dengan film-film bertema sejenis buatan Hollywood, bahkan dibandingkan dengan negara tetangga asia lainnya seperti Korea dan Thailand juga masih belum mampu, tapi asa dan semangat itu tidak boleh putus, kita harus terus mendukung sineas-sineas kita untuk terus menghadirkan film-film yang tidak biasa seperti ini.

Dengan membawa jargon disaster movie pertama Indonesia yang menggunakan efek CGI terbanyak, tentu saja banyak orang akan penasaran dengan hasil akhir dari efek CGI yang digunakan, walaupun tidak terlalu mengecewakan, tetapi tentu saja masih jauh dari kata sempurna, apalagi Hollywood masih terus memproduksi film-film yang bertema serupa, katakan saja yang paling dekat adalah San Andreas, bahkan sejak awal trailer film ini dirilis, sudah banyak yang beranggapan bahwa Bangkit! ini adalah San Andreas versi Indonesia.

Sebenarnya untuk membuat efek banjir tidak mutlak diperlukan penggunaan efek CGI yang terlalu bombastis, alangkah lebih bijaknya apabila penggunaan CGI hanya untuk pelengkap saja terlebih mengingat kondisi Jakarta yang beberapa kali tertimpa bencana banjir yang cukup dahsyat dan sempat menelan korban jiwa, mungkin bisa lebih menarik dan believable apabila menggunakan footage dokumentasi asli kejadian banjir Jakarta dibanding harus menggunakan efek CGI yang masih terkesan pas-pasan. Alangkah lebih bijak juga apabila pihak studio lebih banyak menggunakan practical effect seperti halnya film-film Hollywood jaman dulu yang juga belum terlalu fasih menggunakan efek CGI, apalagi pihak studio sudah membangun water tank berukuran 200x100 meter, seharusnya bisa lebih dimaksimalkan lagi untuk penggunaannya.

Salah satu hal yang paling menganggu tentu saja editing film yang terkesan melompat-lompat dan kita seperti harus menebak-nebak apa yang terjadi di tengah-tengahnya, terutama di awal-awal film, terasa sekali film ini seperti kebingungan harus memulai cerita darimana, banyak sekali terjadi inkonsistensi cerita dari awal sampai akhir, banyak scene yang terlihat berusaha sekali untuk mendramatisir suatu keadaan, tetapi tidak didukung dengan scene lanjutannya, seperti misalnya ketika Arifin tenggelam dan hampir mati karena terkena banjir di basement sebuah gedung sampai akhirnya ia harus melewatkan upacara pernikahannya sendiri, setelah ia diselamatkan oleh Addri dan tanpa perlu perawatan lanjutan, malamnya ia sudah langsung mengejar Denanda dan seperti melewatkan kejadian terpenting dalam hidupnya, lolos dari kematian!!!

Vino sendiri memberikan penampilan yang sudah cukup oke, secara kondisi fisik sudah sangat siap sebagai seorang anggota Basarnas, kegalauan harus memilih antara keluarga atau pekerjaan pun terlihat secara jelas, tetapi kembali sayangnya hal ini tidak didukung secara maksimal dari artis-artis pendukungnya, terlihat sekali betapa Vino berjuang sendiri untuk berakting, mungkin ini karena efek penggunaan CGI yang masih belum terlalu umum dipakai di perfilman Indonesia.

Bagaimanapun juga, usaha dari pihak studio harus kita apresiasi setinggi mungkin, salah satu cara paling sederhana untuk mendukung perfilman Indonesia mudah dan sederhana, cukup meluangkan waktu dan uang untuk menontonnya di bioskop, itu sudah lebih dari cukup untuk mensupport perfilman Indonesia, sangat diharapkan untuk hadirnya film-film dengan genre baru untuk menambah variasi. 

Terima kasih Suryanation... 
Terima kasih Kaninga Pictures... 
Terima kasih Oreima Films...
(www.theInigo.com)

No comments