Perbedaan Adalah Ancaman by Arnold P. Bolang
Perbedaan Adalah Ancaman?
“Hidup
seharusnya luas, seluas samudera biru dan langit yang tak terbatas.
Jika
umur terbatas, kedalaman hati harusnya tanpa batas.”
-No Name-
Jumlah
penduduk Bumi mendekati 7,5 miliar orang atau lebih dari dua kali lipat populasi
global pada tahun 1960. Kemajuan dalam kedokteran dan kesehatan berpengaruh pada
lebih banyak anak yang tumbuh sampai dewasa dan lebih banyak manusia mencapai
usia hingga di atas 90 tahun. Pada tahun 2050, PBB memperkirakan akan ada 9,7
miliar manusia hidup di planet Bumi. Fakta yang menarik dari 7,5 miliar orang
yang ada di muka bumi saat ini, tak ada seorangpun mempunyai DNA yang sama
persis. DEOXYRIBONUCLEIC ACID atau DNA adalah
perintah genetik, sistematika keturunan, manual regenerasi, peta biologis,
cetak-biru individu dari setiap makhluk hidup secara unik. DNA akan memberikan
keunikan tertentu kepada setiap individu. Artinya tidak akan ada dua individu
yang sama persis, karena pasti ada sepersekian persen dari kombinasi DNA-nya
yang berbeda.
Hanya ada dua jenis manusia, pria dan
wanita. Berdasarkan teori alat tes
DISC (sebuah alat untuk memahami tipe-tipe perilaku dan gaya kepribadian, yang
pertama kali dikembangkan oleh William Moulton Marston, pencipta karaker
komik Wonder Woman), membagi 4 tipe perilaku individu ketika berinteraksi
dengan lingkungannya, yakni Dominance,
Influence, Steadiness dan Compliance. Dalam penerapannya di dunia
bisnis dan usaha, alat ini telah membuka wawasan dan pemikiran, baik secara
professional maupun secara personal. Dua jenis manusia, 4 tipe perilaku,
seharusnya menciptakan 7,5 milyar orang yang tidak jauh berbeda. 7,5 miliar
orang yang mempunyai kecenderungan sama, pola berpikir yang sama, gaya bahasa
yang sama atau keyakinan yang sama. Faktanya? Tidak sama sekali! Sampai hari
ini, mempelajari perilaku manusia adalah pola belajar yang tidak akan berhenti,
teori baru bermunculan, tips dan kiat membangun hubungan yang harmonis selalu
ada, tetapi tetap masalah perbedaan antara individu menjadi hal yang kompleks.
“Berurusan dengan orang lain, mungkin adalah masalah terbesar yang Anda
hadapi!”
Manusia
adalah makhluk yang rumit sekaligus mudah dipahami, tergantung bagaimana kita
melihatnya. Bagaimana seharusnya kita menyikapi perbedaan, merespon terhadap
kekecewaan dan kepahitan karena berurusan dengan orang lain? Sebuah pertanyaan
yang terus saya dalami dan harus saya jawab, begitu banyak orang yang saya
temui, yang saya latih dan saya coaching,
mempertanyakan hal tersebut.
Tidak
mudah, tetapi tidak juga sukar. Tergantung kemana Anda akan memilihnya. Hasil
perenungan saya pribadi, menghasilkan beberapa hal yang dapat kita ciptakan di
dalam berinteraksi dengan orang lain.
1. Mempunyai ruang hati untuk
perbedaan
Sadarilah, tidak ada orang yang sama seratus persen dengan kita. Ketidaksamaan ini akan menghasilkan perbedaan, jika kita memaksakan semua harus sama, pernahkah kita berpikir, apa rasanya hidup di bumi jika semua warna adalah hitam?
Sadarilah, tidak ada orang yang sama seratus persen dengan kita. Ketidaksamaan ini akan menghasilkan perbedaan, jika kita memaksakan semua harus sama, pernahkah kita berpikir, apa rasanya hidup di bumi jika semua warna adalah hitam?
Perbedaan seharusnya memperkaya kita,
bukan menimbulkan rasa tidak aman atau ancaman.
2. Mempunyai
ruang maaf untuk kesalahan
Seberapa banyak kita harus memafkan? Orang bijak menjawab, sebanyak kesalahan yang kita buat. Menyimpan kesalahan orang lain seperti menyimpan akar pahit. Riset para ahli jiwa dibanyak negara sudah membukukan, pasien-pasien penyakit berat seperti penderita liver kronis, infeksi ginjal dan penderita kanker payudara, gangguan jantung dan sebagainya, bisa sembuh total saat dia bisa melepaskan 'dendam' nya pada hal-hal yang menyakiti hatinya, melepaskan amarahnya, dan mampu memaafkan orang-orang yang membuat luka batin pada dirinya. Ketika dia mampu mengobati luka batinnya, barulah penyakit pada fisiknya berangsur bisa disembuhkan.
Seberapa banyak kita harus memafkan? Orang bijak menjawab, sebanyak kesalahan yang kita buat. Menyimpan kesalahan orang lain seperti menyimpan akar pahit. Riset para ahli jiwa dibanyak negara sudah membukukan, pasien-pasien penyakit berat seperti penderita liver kronis, infeksi ginjal dan penderita kanker payudara, gangguan jantung dan sebagainya, bisa sembuh total saat dia bisa melepaskan 'dendam' nya pada hal-hal yang menyakiti hatinya, melepaskan amarahnya, dan mampu memaafkan orang-orang yang membuat luka batin pada dirinya. Ketika dia mampu mengobati luka batinnya, barulah penyakit pada fisiknya berangsur bisa disembuhkan.
3. Mempunyai ruang untuk perubahan
Tidak ada satupun yang dapat menghindari perubahan. Perubahan adalah pasti, tergantung bagaimana kita menghadapinya. Dunia semakin tua, rambut hitam kita akan berangsur menjadi putih, kerutan di wajah kita akan tampak dan bertambah banyak, Handphone Nokia dulu berjaya, Hero Supermarket dapat kita temui di banyak pusat perbelanjaan, sepuluh tahun yang lalu hiburan adalah kebutuhan tersier, berapa banyak aktor yang sudah memerankan Superman? Linda Carter dulu adalah Wonder Woman, sekarang sudah bukan masanya. Setiap generasi pasti mempunyai idola sendiri, bahasa sendiri dan gaya sendiri. Jika kita menolak untuk berubah, kita akan tertinggal jauh di belakang. Beradaptasilah!
Tidak ada satupun yang dapat menghindari perubahan. Perubahan adalah pasti, tergantung bagaimana kita menghadapinya. Dunia semakin tua, rambut hitam kita akan berangsur menjadi putih, kerutan di wajah kita akan tampak dan bertambah banyak, Handphone Nokia dulu berjaya, Hero Supermarket dapat kita temui di banyak pusat perbelanjaan, sepuluh tahun yang lalu hiburan adalah kebutuhan tersier, berapa banyak aktor yang sudah memerankan Superman? Linda Carter dulu adalah Wonder Woman, sekarang sudah bukan masanya. Setiap generasi pasti mempunyai idola sendiri, bahasa sendiri dan gaya sendiri. Jika kita menolak untuk berubah, kita akan tertinggal jauh di belakang. Beradaptasilah!
Apakah perbedaan adalah ancaman? Tidak, jika kita brusaha mempunyai hidup yang
luas, mempunyai tiga ruang untuk perbedaan, ruang maaf yang tak terbatas dan
ruang untuk berubah. When deal with people, let us remember we are not dealing
with creatures of logic. We are dealing
with creature of emotion, creatures
bristling with prejudices and motivated by pride and vanity (Dale Carnagie).
Arnold P Bolang
Post a Comment