Portugal, ketika keberuntungan mengalahkan skill



Semalam tadi kita disuguhkan sebuah pesta penutup 4 tahunan dari negara-negara penguasa pay per view sepak bola eropa, pesta yang berlangsung dari tanggal 10 Juni 2016 tersebut ditutup dengan pertandingan antara sang tuan rumah Perancis melawan Portugal, selama kompetisi berlangsung, Perancis menunjukan performa yang jauh lebih mengesankan dan menarik, statistik mereka sebelum pertandingan final menunjukan dari total 6 kali bertanding mereka mampu memenangkan pertandingan sebanyak 5 kali dan seri 1 kali dengan total mencetak 13 gol dan mencatatkan nama penyerangnya Antoine Griezmann sebagai top score dari Euro 2016 ini dengan 6 gol, bandingkan dengan Portugal sebagai tim lawan yang akan dihadapi di final, dari total 6 kali pertandingan sebelum partai final, mereka hanya mampu mencatatkan 3 kali menang dan 3 kali seri, 3 kemenangan itu juga diraih dengan sangat tidak meyakinkan, mereka harus berjuang melalui babak perpanjangan waktu, bahkan pada saat melawan Polandia di babak perempat final mereka harus adu penalti terlebih dahulu untuk melanjutkan ke babak semi final, baru akhirnya di babak semi final mereka berhasil memenangkan pertandingan pertamanya tanpa perpanjangan waktu dengan mengalahkan Wales 2-0.



Mitos dan sejarah

Tak pelak perbedaan mencolok dari data statistik tersebut membuat orang langsung menjagokan Perancis untuk dapat meraih Piala Eropa ke 3 sepanjang sejarah setelah tahun 1984 dan 2000, ditambah lagi dengan munculnya pembicaraan perihal siklus 16 tahunan yang dimulai dari tahun 1984, Perancis membutuhkan waktu 16 tahun untuk kembali juara di tahun 2000, apakah 2016 waktunya bagi Perancis untuk kembali menjadi yang terbaik di tanah Eropa? Tetapi selain siklus 16 tahunan tersebut, ada juga siklus 12 tahunan yang menjadi acuan untuk Portugal, dimulai dari tahun 1992 sewaktu Denmark yang out of nowhere tiba-tiba bisa menjadi juara, kemudian dilanjutkan 12 tahun kemudian di tahun 2004, Yunani yang pada waktu itu dipandang sebelah mata bisa tiba-tiba menjadi juara juga, apakah 12 tahun kemudian di tahun 2016 ini akan ada juara baru yang out of nowhere juga bisa menjadi ra
ja Eropa?



The Final

Pertandingan final berjalan cukup membosankan dengan beberapa letupan drama, tetapi drama terbesar terjadi di menit 15, ketika Payet mencoba merebut bola dari sang kapten Portugal, Ronaldo. Benturan lutut tak terelakan dan seketika pula Ronaldo langsung terjatuh sambil memegang lututnya dan berteriak kesakitan, apa yang ditakutkan oleh seluruh pendukung Portugal terjadi, mereka kehilangan sang kapten dan sosok terpenting di dalam tubuh tim Portugal, selama beberapa menit ke depan, Ronaldo masih berusaha untuk terus bermain dengan bolak balik keluar masuk lapangan dan dirawat di pinggir lapangan, hingga akhirnya di menit ke 24 akhirnya sang kapten menyerah, Ronaldo ditandu keluar dan digantikan oleh Quaresma. Kejadian ini lah yang merubah drastis skema permainan secara keseluruhan, lini belakang Perancis seperti kebingungan harus menjaga siapa, karena di dalam skema permainan, mereka sudah dititikberatkan untuk mematikan setiap pergerakan Ronaldo, begitu Ronaldo menghilang dari lapangan, mereka seperti kebingungan harus menjaga siapa, selain itu dari sisi Portugal juga sesekali terasa seperti ayam kehilangan induk, yang biasanya setiap bola selalu dioper ke Ronaldo, kali ini sudah tidak ada lagi sang target man di depan. Rusaklah sudah strategi kedua tim yang sudah dirancang dari jauh-jauh hari. Pertandingan berjalan cukup monoton karena sepertinya tuan rumah juga kehilangan arah dan paranoid dengan ketidakjelasan skema permainan Portugal, dan pada akhirnya keberuntangan lah yang membedakan hasil pertandingan, pada babak kedua extra time, ketika pertandingan hanya tinggal menyisakan 10 menit menuju penalty kick, Mark Clattenburg selaku wasit melakukan kesalahan fatal dengan memberikan free kick untuk Portugal (Wasit melihat koscielny melakukan handsball, padahal seharusnya pemain Portugal), akhirnya bola menjadi lepas dan ketika Perancis sedang merancang serangan balik, tiba-tiba bola menjadi lepas dan dikuasai oleh Eder, dengan satu dua sentuhan Eder langsung melakukan tembakan ke arah gawang yang akhirnya menjadi satu-satunya gol di pertandingan final tersebut. Perancis berusaha untuk menyamakan kedudukan dengan memasukan Anthony Martial tetapi upaya tersebut sia-sia karena hingga peluit akhir dibunyikan, skor tetap 0-1 untuk Portugal. (www.TheInigo.com)


No comments