Movie review : Orphan







Review jadul, waktu dulu belum ada blog, nulisnya di notes FaceBook

ORPHAN

Must see movie… begitu kata beberapa orang yang menyatakan bahwa ini adalah salah satu film menegangkan yang wajib ditonton…

Begitu g nonton, kok rasanya kayak lagi nonton sinetron ya??? Perasaan yang muncul bener-bener seperti lagi nonton sinetron, sebenernya g bukan pecinta sinetron, tapi ada satu sinetron yang terpaksa g tonton karena kalo lagi ngapel, TV di ruang tamu pasti lagi nyetel cinta fitri, jadi walaupun ga rutin, tapi sedikit demi sedikit g tau bagaimana jalan ceritanya dan rasa geregetannya para ibu-ibu ga ada kerjaan yang ngikutin sinetron… anehnya ketika nonton orphan, kok malah rasa itu yang muncul, rasa geregetan dan kesel sendiri karena jake sang suami terus menerus ga percaya ama omongan kate istrinya, sedikit banyak mengingatkan g pada orang tua farell di cinta fitri yang terus menerus diboongin ama miska dan antek2nya… sampai akhirnya sang ayah meninggalpun ibu dari farell masih ga percaya dengan kata-kata farell, sosok miska tergambar dengan jelas dengan sosok esther di orphan, terutama dari bagaimana proses dia mengadu domba “keluarganya” sendiri… yang membedakan cuma tingkat kekejamannya saja…

Salah satu hal yang membuat kita senang ketika menonton film sejenis sinetron adalah ketika rasa penasaran dan geregetan kita terbalas sedikit dengan diwakilkan oleh tokoh baik, berapa banyak dari kita yang ketika nonton cinta fitri tersenyum simpul puas setiap kali melihat miska ditampar oleh neneknya farell, rasa itu sama dengan melihat esther ditampar dengan keras oleh kate… mungkin cukup banyak yang berteriak dalam hati, mampus lu… tapi sayangnya di orphan hal tersebut kurang dieskpos, karena proses matinya esther terlalu standard dan klise, kurang bisa memberikan rasa puas di hati (kurang sebanding dengan kejamnya dia menghancurkan keluarga kate & jhon).

Untuk urusan cerita juga sangat klise sekali dan tidak memberikan sesuatu yang baru, terlihat sekali bagaimana film ini berusaha untuk menciptakan twist di ending film, bagaimana di awal-awal film kita dibuat untuk berpikir bahwa esther “berhubungan” atau bahkan memang keturunan iblis seperti di film serupa yang sangat sukses yaitu the omen. Hal tersebut berusaha digambarkan dengan gambar-gambar yang dibuat oleh esther , tapi ternyata endingnya menjadi sangat klise dan kurang menggigit, kalo ide g sih sekalian aja dibuat kalo esther itu ternyata memang orang yang sudah tua, tetapi dia menjual jiwanya ke iblis dan dia bisa menjadi muda terus dengan syarat harus berhubungan dengan pria-pria yang sudah berkeluarga, mungkin jadinya lebih berkesan hehehe…

Kalo untuk urusan ketegangan juga film ini tidak menawarkan sesuatu yang baru, tidak seperti drag me to hellnya sam raimi yang dengan sukses membuat kita kaget tanpa bisa menebak kira-kira kapan kita akan dibuat kaget, tapi kalau untuk orphan, semuanya serba klise, mulai dari bayangan di kaca kamar mandi, sampai sang tokoh jahat yang sulit mati pun diulang di film ini, jadi kita ga kaget lagi ngeliat kalo ternyata esther belum mati sampai berkali-kali… jauh lebih tegang nonton cinta fitri, terutama dengan gaya sinetronnya yang kental…

Salah satu hal positif dari film ini adalah kelahiran seorang artis muda berbakat baru, yaitu Isabelle Fuhrman sang pemeran esther, sepertinya dia belajar banyak dari Dakota fanning lawan mainnya di film hounddog, di film ini dia bisa dipercaya membawakan peran yang begitu kompleks, mukanya bisa begitu polos dan lugu tapi di satu sisi bisa sangat menyebalkan dan mengerikan. (www.theInigo.com)

No comments