Movie review : The taking of pelham 123



Review film jadul, waktu belum ada blog, nulisnya di notes FaceBook

THE TAKING OF PELHAM 123

SPOILER ALERT!!!

Buat anda yang berminat untuk menyaksikan film ini, ada baiknya anda tidak membaca review ini terlebih dahulu, tetapi apabila anda tetap membacanya... well, it's your choice...

Jujur kadang suka kebalik-balik ama karya-karyanya The scott’s brother (Ridley & Tony), karena dua-duanya sutradara dan producer top hollywood yang hasil karyanya sudah ga perlu dipertanyakan lagi, dengan resume seperti Top gun, Beverly hills cop, Man on fire, Spy game, Domino, Déjà vu dan sekarang ini kembali menggebrak dengan The taking of pelham 123…

Banyak hal yang g suka banget dari film ini, terutama bagaimana sang tokoh baik (mungkin lebih cocok abu-abu kali yach…) yang diwakilkan oleh Walter Garber (played by Denzel Washington, actor kesayangan Tony scott, karena ini adalah kolaborasinya yang kesekian kalinya setelah man on fire dan déjà vu) melawan sang tokoh jahat yang diwakilkan oleh Ryder (played by John Travolta, sekali lagi menunjukan bahwa dia lebih cocok bermain sebagai tokoh jahat daripada sebagai jagoan)…

Pertempuran antara kedua tokoh ini lebih banyak merupakan perang kata-kata… penulis naskahnya menurut g cukup sukses , karena hampir setengah film ini kekuatannya ada di dalam dialog antara garber dengan ryder, dengan joke-jokenya yang sebenarnya mungkin rada susah dimengerti oleh orang Indonesia, tapi menurut g sangat menarik melihat bagaimana kedua orang tersebut mencari celah untuk mencari latar belakang lawan bicaranya…

Salah satu kelemahan film ini antara lain pemilihan cast John Turturro sebagai camonetti, mungkin ini sih karena g dah keburu illfill dulu ama perannya dia di dua film transformers, jadi masih kebawa ampe sekarang, rada sulit untuk melihat dia bergaya serius, karena mukanya sendiri menurut g dah lucu…

Selain itu, sampe sekarang g masih bingung sama ending filmnya, kalau memang ryder begitu pintarnya, intinye mengapa dia melakukan itu semua??? Toh dari awal dia sudah siap untuk mati, kalau niatannya untuk bales dendam ama kota new York, ya kenapa dia harus maen saham juga? G pikir mungkin uangnya dikirim ke istrinya atau ke keluarganya, g terus menebak-nebak kemana uang sebanyak itu akan dia kirim, tapi sampai akhir film tidak ada jawabannya…

Oh ya kalo liat di IMDB, banyak yang mencerca film ini dan bilang jauh lebih bagus versi originalnya, jadi penasaran pengen nonton versi tahun ‘74nya… (www.theInigo.com)

No comments